Orang Batak Toba masih terus menuturkan petuah-petuah bijak leluhurnya hingga saat ini. Petuah-petuah itu bertahan dari zaman ke zaman karena leluhur Batak Toba dengan cerdas telah memilih sebuah kemasan untuk memuat petuah-petuah itu sehingga awet dalam perjalanan waktu selama berabad-abad sampai sekarang. Kemasan itu adalah umpasa dan umpama. Umpasa dan umpama adalah bukti kecerdasan leluhur Batak Toba meramu kata-kata menjadi petuah pengusung nilai-nilai budaya. Sebagai ramuan verbal tradisional, umpasa dan umpama disukai dan kerap dipakai oleh masyarakat Batak Toba karena gejala-gejala linguistiknya. Kata-kata umpasa dan umpama telah ditata para leluhur untuk membunyikan rima sehingga mengena di telinga. Efek estetik rima itu mengemas muatan nilai-nilai simbolis di dalamnya yang tercipta karena setiap umpasa atau umpama mengandung satu atau lebih benda dari kosmos Batak Toba yang telah dipilih para leluhur menjadi simbol untuk suatu nilai budaya yang diusungnya. Ratusan umpasa dan umpama yang ada dalam masyarakat Batak Toba telah membentuk falsafah budaya Batak Toba yang kesohor dengan cita kultural hamoraon, hagabeon, hasangapon. Seluruh umpasa dan umpama itu tertulis dalam literatur-literatur kebatakan, serentak terukir dalam ingatan orang-orang Batak Toba yang fasih menuturkannya. Umpasa dan umpama itu masih bertahan karena nilai-nilai luhur kebatakan yang merupakan ekstrak dari petuah-petuah bijak para leluhur Batak Toba tersimpan awet di dalamnya. Oleh karena itu, umpasa dan umpama dalam bentangan berabad-abad sejarah masyarakat Batak Toba telah menjadi lumbung petuah dan falsafah masyarakat Batak Toba.