Tradisi adat merupakan kekayaan budaya tak bendawi (intangible) yang telah tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Tradisi adat kasambu-sambu merupakan salah satu tinggalan intangible yang ada pada masyarakat Kolese, Kota Baubau yang telah berlangsung dalam kurun waktu yang panjang. Pada awalnya tradisi adat kasambu-sambu merupakan bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan hasil panen, kemudian berkembang sebagai ajang mencari jodoh, dan pada saat ini menjadi sebuah tradisi untuk menyambut para pelaut dan perantau Kolese yang pulang ke kampung halaman saat perayaan Idulfitri. Seluruh masyarakat Kota Baubau umumnya dan warga Kolese khususnya harus tetap bertahan untuk terus melestarikan kasambu-sambu sehingga tradisi adat ini masih terus dapat disaksikan oleh generasi bangsa di kemudian hari. Sebuah fakta yang tidak dapat dimungkiri yaitu tradisi adat kasambu-sambu saat ini sudah tidak ditampilkan lagi seperti pada beberapa dekade silam. Bahkan terdapat berbagai bentuk modifikasi dan inovasi terhadap tradisi tinggalan nenek moyang ini. Masyarakat pelestari tradisi adat kasambu-sambu dihadapkan pada berbagai pilihan, apakah kasambu-sambu harus ditampilkan apa adanya sesuai dengan apa yang telah dilakukan di masa lalu atau dibutuhkan berbagai bentuk pengembangan. Oleh karena itu, dalam upaya pelestarian kasambu-sambu itu sendiri semestinya dilakukan sesuai dengan regulasi yang ada berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Undang-undang ini telah mempertimbangkan berbagai aspek dalam menjaga keberlanjutan berbagai tradisi adat masyarakat yang telah berlangsung sekian lama melalui bentuk pelindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan. Buku yang berjudul TRADISI ADAT KASAMBU-SAMBU: Identitas Kultural Masyarakat Kolese merupakan upaya nyata yang dilakukan dalam rangka pemajuan kebudayaan pada salah satu Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) yang ada di Kota Baubau, Kelurahan Kolese.